
POHUWATO, (deteksinews.id) – Kebijakan keluar dari koalisi SMS oleh Partai Golkar yang ditanggapi politisi Hamdi Alamri sedikit membuat gerah kader muda beringin Pohuwato.
Hamdi Alamri diminta bijak menyikapi keputusan politik DPD II Partai Golkar Pohuwato yang dipimpin Nasir Giasi tersebut.
Pernyataan Hamdi Alamri yang meminta memperjelas alasan Partai Golkar yang akan menarik dukungan dari koalisi Pemerintahan SMS dinilai lucu dan tak etis oleh sejumlah kader partai Golkar.
Kepala Sekretariat DPD Partai Golkar Pohuwato, Ahmad Himran alias Nando justru meminta Hamdi untuk menchroscek kembali pernyataannya. Sebab menurutnya, tak etis jika Hamdi yang notabene merupakan mantan calon Bupati yang kalah bertarung dengan pasangan SMS pada perhelatan Pilkada 2020 silam justru bersemangat membahas visi misi pasangan SMS.
“Ini kan lucu. Sebagai mantan Cabup tak etislah jika pak Hamdi mengomentari visi misi pasangan SMS. Sebab dia punya visi misi sendiri,” tegas Nando, ketika menghubungi awak media ini kemarin.
Nando menilai tak logis, Hamdi terlalu overconfidence membahas visi misi pasangan SMS, sementara dirinya lupa bahwa tidak ikut serta menyusun dan mengkaji visi misi itu. Sebab, kata Nando, Hamdi punya visi misi tersendiri yang digagasnya bersama pasangannya dan timnya.
“Harusnya pak Hamdi konsen merealisasikan visinya yang digagasnya kemarin meski diluar pemerintahan. Mungkin dengan cara barter program dengan pemerintahan SMS. Bukan justru mengomentari capaian visi misi SMS,” terangnya.
Terakhir, Nando yang merupakan kader militan Golkar ini meminta Hamdi tak lagi mencampuri urusan internal partai Golkar. Sebab dirinya bukan lagi kader Golkar. Sikap Golkar yang hendak keluar dari koalisi SMS tentunya memiliki dasar kajian dan alasan yang rasional dan normatif. Dan itu tidak bisa diterawang oleh yang bukan kader Golkar.
“Sebaiknya, pak Hamdi konsen saja menatap pileg 2024. Jangan terlalu mau tau urusan internal partai Golkar. Jangan mengira sebagai mantan kader Golkar beliau mengaku tahu akan semua yang ada di internal Golkar. Belum tentu,” pungkasnya mengakhri.
(D001)